Potret Musuh Dalam Selimut

Orang kepercayaan belum tentu bisa terus dipercaya. Lantaran tergiur kekuasaan, sang tangan kanan pun bisa menggulingkan pemimpin kepadanya.

                Fenomena musuh dalam selimut itu diangkat Ki Rahmad Santosa dalam Pergelaran Wayang Kulit Jumat Kliwon di Pendapa Taman Budaya Surakarta (TBS), Kamis (26/1) malam. Dalang asal Gondang, Sragen ini mempresentasikannya dalam lakon Anggada Bali.

                Dipaparkan Ki Rahmad Santosa, lakon yang dibesutnya malam itu adalah cermin Indonesia masa kini, Menurut dalang yang khas dengan gaya Gondangan-nya itu, fenomena menikam teman sendiri seolah tumbuh subur dewasa ini. “Seperti yang terlihat di jagat politik. Satu kubu saja bisa saling berebut kekuasaan. Padahal mereka harusnya saling percaya dan mendukung,” ujarnya.

Ramayana

                Anggada Bali adalah salah satu lakon baku, atau lakon yang bersumber dari buku pedalangan, dalam wiracarita Ramayana. Lakon kelanjutan Sinta Boyong itu berkisah tentang pengkhianatan  Dasawilukrama kepada pemimpinnya, Sri Rama.

                Meski dipercaya menjadi Ratu Anom untuk menyatukan Alengka dan Ayodya, putra Dasamuka itu malah menginginkan nyawa Sri Rama. Berbagai tipu muslihat dilancarkannya untuk merebut kekuasaan raja. Semalam suntuk, Ki Rahmad Santosa menghibur ratusan pengunjung lewat pentas wayang yang digelar 35 hari sekali tersebut. Ratusan warga tampak berlesehan menikmati sajian dalang yang moncer dalam ketegasan antawecana itu.

                Seorang pengunjung, Atmanto, 53, menyebut fenomena musuh dalam selimut pun kadang hadir di lingkungan sekitar. Meski demikian, ia percaya kebenaran pasti akan terungkap setelahnya. “Untuk terlindung dari tipu muslihat , masyarakat harus saling menjaga,” tuturnya.

                Koordinator pedalangan TBS, Wahyono, mengatakan Pergelaran Wayang Kulit  Jumat Kliwon digelar untuk nguri-uri pakem wayang tradisi. “Jangan sampai pakeliran tradisi terlupakan seiring maraknya pentas pakeliran padat dewasa ini,” tandasnya.